HIPEREMESIS
GRAVIDARUM
A.
Pengertian
Hiperemesis
gravidarum adalah bertambahnya emesis yang dapat mengakibatkan gangguan
kehidupannya sehari-hari. Hiperemesia gravidarum yang berlangsung lama (umumnya
antara minggu 6-12) dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. (Manuaba,
2007)
Hiperemesis
gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa hamil. Muntah yang
membahaykan ini dibedakan dari morning sicknes normal yang umum dialami wanita
hamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan berlangsung selama
trimester pertama kehamilan. (Varney, 2007)
Hiperemesis
gravidarum adalah mual berlangsung terus menerus dan muntah sering, cepat
mengalami dehidrasi dan asidoketotik. (Llwellyn, 2011)
B.
Etiologi
Penyebab
hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan olehfaktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan
biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf,
disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisasi.
Beberapa faktor predesposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa
penulis sebagai berikut:
1.
Faktor predesposisi yang sering
dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuansi
yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa
faktor hormonal memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon
khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2.
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun
dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
3.
Alergi. Sebagai salah satu respon dari
jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
4.
Faktor psikologik memegang peranan yang
penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, taku terhadap tanggung jawab sebagai ibu,
dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual muntah dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai
pelarian kesukaran hidup.
Hubungan
psikologik dengan hiperemesis gravidarumbelum diketahui pasti. Tidak jarang
dengan memberikan suasana baru, sudah dapat membantu mengurangi frekuensi
muntah. (Wiknjosastro, 2005)
C.
Patofisiologi
Diawali dengan
mual muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah
turun, dan diuresis menurun. Hal ini
menimbulkan perfusi ke jaringan menurun untuk memberikan nutrisi dan
mengonsumsi O2.
Oleh karena itu,
dapat terjadi perubahan metabolisme menuju ke ara anaerobik yang menimbulkan
benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan perubahan
elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi.
Dampak dari
semua masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi alat vital berikut ini
1.
Liver
a.
Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2
menurun.
b.
Gangguan fungsi sel liver dan terjadi
ikterus.
c.
Terjadi perdarahan pada parenkim liver
sehingga mmenyebabkan gangguan fungsi umum.
2.
Ginjal
a.
Dehidrasi penurunan diuresis sehingga
sisa metabolisme tertimbun seperti asam laktat dan benda keton
b.
Terjadi perdarahan dan nekrosis sel
ginjal
· Diuresis
berkurang bahkan dapat anuria
· Mungkin
terjadi albuminuria
c.
Sistem saraf pusat
·
Terjadi nekrosis dan perdarahan otak
diantaranya perdarahan ventrikel
·
Dehidrasi sistem jaringan otak dan
adanya benda keton dapat merusak fungsi saraf pusat yang menimbulkan kelainan
ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus, gangguan kesadaran dan mental
serta diplopia
·
Perdarahan pada retina dapat mengaburkan
penglihatan.
(Manuaba,
2007)
D.
Tanda
dan Gejala
Batas jelas antara mual yang masih
fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila
keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis
gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi
ke dalam 3 tngkatan
1.
Tingkatan I
Muntah terus menerus yang
mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada,
berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrum. Nadi meningkat ssekitar
100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah
mengering dan mata cekung.
2.
Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan
apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi
kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan
turun dan mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oligouria dan
konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3.
Tingkatan III
Keadaan umum lebih parah, muntah
berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma,nadi kecil dan cepat,
suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf
yang dikenal sebagai ensefalopatiwernicke, dengan gejala: nistagmus diplopia
dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan,
termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati.
(Wiknjosastro, 2005)
E.
Diagnosis
Diagnosis
hiperemis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan
muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian
harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus
venntrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan
yang dapat memepngaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera
diberikan. (Wiknjosastro, 2005)
F.
Penanganan
Pencegahan
terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas memberikan
penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit denagn teh
hangat. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan
dan minuman seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Defekasi
yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan kekurangan karbohidrat merupakan
faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung
gula.
1.
Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di
atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Tetapi
perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering
diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah B1 dan B6. Anti
histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebuh berat
diberikan antiemetik, seperti disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin.
Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah
sakit.
2.
Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar
yang tenang, terapi cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang
keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar
penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan
makanan/minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja
gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3.
Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita
bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,
kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat
menjadi latar belakang penyakit ini.
4.
Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang
cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan garam
fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium, dan
vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan
protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang
masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap
protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam
dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada
permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum
bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan minum dan dapat ditambah dengan
makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya gejala-gejala
akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
5.
Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan
tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik
bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian
perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus teraupetik sering sulit diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak
boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai
terjadi gejala ireversibel pada organ vital. (Wiknjosastro, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Llwellyn Jones,
Derek.(2011). Dasar-Dasar Obstetri &
Ginekologi. Jakarta. EGC
Manuaba, IBG. (2007). Pengantar kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Varney, Helen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Walsh, Linda. (2007). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
mkch makalhanya... bener2 kmplit
BalasHapus