BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi
diluar rongga uterus, Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik
berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan
ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak
diatasi atau diberikan penanganan secara tepat dan benar akan membahayakan bagi
si penderita. (Winkjosastro, 2005)
Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada
dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi. Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat. (Marten,2009)
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi. Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat. (Marten,2009)
Menurut SKDI tahun 2010, proporsi kematian Ibu di
Indonesia mencapai 11534 kematian. 50% kematian terjadi di 5 propinsi, 15%
kematian terjadi di 14 propinsi. Kematian maternal disebabkan karena perdarahan
dan eklampsia. Angka kematian ibu menurun dari 307 per 100.000 KH pada tahun
2002 menjadi 228 per 100.000 KH pada tahun 2007 (SDKI) . Target tahun 2014
adalah 110 per 100.000 KH. (Yasir, 2011).
Kehamilan ektopik merupakan salah satu kehamilan
yang berakhir abortus, dan sekitar 16 % kematian oleh sebab perdarahan dalam
kehamilan dilaporkan disebabkan oleh kehamilan ektopik yang pecah. Kehamilan
ektopik terjadi apabila hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh dan berkembang di
luar endometrium normal. Kehamilan ektopik ini merupakan kehamilan yang
berbahaya bagi wanita yang bersangkutan berhubung dengan besarnya kemungkinan
terjadi keadaan gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi apabila Kehamilan
Ektopik Terganggu (KET) dimana terjadi abortus maupun ruptur tuba. Abortus dan
ruptur tuba menimbulkan perdarahan ke dalam kavum abdominalis yang bila cukup
banyak dapat menyebabkan hipotensi berat atau syok. Bila tidak atau terlambat
mendapat penanganan yang tepat penderita akan meninggal akibat kehilangan darah
yang sangat banyak. (Admin,2008)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
Normal
2.1.1 Syarat Terjadinya Kehamilan
1. Sperma
suami yang bentuknya normal, aktif dan dapat membuahi sel telur.
2. Ovulasi
( keluarnya ovum dari ovarium secara teratur).
3. Sperma
harus cepat bergerak di sepanjang saluran reproduksi dan semua saluran harus
dari hambatan supaya bisa bertemu dan bersatu (pembuahan) dengan ovum.
4. Telur
yang sudah dibuahi /embrio harus dapat ditanam dalam dinding rahim
(endometrium) dan kemudian tumbuh/implantasi.
5. Tuba
falopi tidak boleh tersumbat.
6. Hubungan
intim harus dilakukan sesaat sebelum atau pada saat ovulasi untuk memungkinkan
sperma membuahi telur.
7. Lendir
leher rahim (serviks) tidak menolak sperma atau alergi sperma
(Sardjito,2009 - Biohealthworld,2010)
2.1.2 Proses
Terjadinya Kehamilan
Tiap semprotan air mani mengandung ±100-200 juta sperma. Hanya satu yang
berhasil menembus indung telur dan membuahi sel telur. Ini merupakan salah satu
bentuk seleksi alam untuk memilih bibit terbaik. Apabila pembuahan/fertilisasi berhasil,
satu sel telur tersebut berukuran 0.2 mm terus berkembang biak menjadi zigot
dan berpindah ke dalam rahim. Hari 1 zigot merubah secara mitosis dan membentuk
blastomer. Hari 3 blastomer membentuk bola sel disebut morula. Hari 4 cairan
dari cavum uteri menetrasi morula-morula membentuk cairan memenuhi ruangan,
mendorong innerscell mass ke satu bagian dan merubah morula menjadi blastulla.
Hari 4 -5 blastula gerak bebas dalam cavum uteri. Hari 5 zona pellusida
berdegenerasi dan berimplantasi pada dinding uteri. Cikal bakal organ tubuh
penting seperti jantung, pembuluh darah, otot, dll sudah mulai terbentuk. Plasenta
(ari-ari) yang berfungsi menyelimuti janin selama proses kehamilan juga sudah
mulai terbentuk. Hari 6 bagian luas blastula menjadi trofoblas dan mampu
menghancurkan serta mencairkan jaringan menuju endometrium. Hari 7
menempel/implantasi ke desidua. Proses tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium disebut nidasi. Tempat nidasi biasanya di dinding depan atau
belakang fundus uteri. Setelah itu hasil konsepsi berkembang dan tumbuh menjadi
janin.
(Winkjosastro, 2005 - Admin,2008)
2.2
Kehamilan Ektopik
Terganggu
2.2.1 Pengertian
1.
Kehamilan Ektopik ialah kehamilan dimana sel telur setelah
dibuahi (fertilisasi) berimplantasi dan
tumbuh di luar endometrium kavum uteri. (Saifuddin, 2008 - Winkjosastro, 2005 -
Cunningham, 2006)
2.
Kehamilan Ektopik ialah penanaman blastosit yang
berlangsung di manapun kecuali di endometrium yang melapisi ronggo uterus.
(Helen Varney, 2007)
3.
Kehamilan Ektopik Terganggu ialah kehamilan ektopik
yang mengalami abortus atau ruptur apabila masa kehamilan berkembang melebihi
kapasitas ruang implantasi misalnya tuba. (Saifuddin, 2008)
2.2.2
Etiologi
1.
Faktor dalam lumen tuba
a. Endosalpingitis
dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau
membentuk kantong buntu.
b. Hipoplasia
uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai
gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi
plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba
menyempit.
2.
Faktor pada dinding tuba
a. Endometriosis
tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba.
b. Divertikel
tuba kongenital atau ostium asesorius
tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu.
3.
Faktor diluar dinding tuba
a.
Perlekatan peritubal dengan distorsi
atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur.
b.
Tumor yang menekan dinding tuba dapat
menyempitkan lumen tuba.
4.
Faktor lain
a. Migrasi
luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya
dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan yang
terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur.
b. Fertilisasi
in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel telur yang sudah
di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim wanita).
5.
Bekas radang pada tuba
6.
Kelainan bawaan tuba
7.
Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh
hormonal
8.
Operasi plastik/riwayat pembedahan pada
tuba
9.
Abortus buatan
10. Riwayat
kehamilan ektopik yang lalu
11. Infeksi
pasca abortus
12. Apendisitis
13. Infeksi
pelvis
14. Alat
kontrasepsi dalam rahim (IUD)
(
Winkjosastro, 2005 - Helen Varney, 2007 - Cunningham, 2006)
2.2.3 Tempat Implantasi
Menurut
lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan :
1.
Tuba fallopii
a. Pars
interstisialis
b. Isthmus
c. Ampulla
d. Infundibulum
e. Fimbria
2.
Uterus
a. Kanalis
servikalis
b. Divertikulum
c. Kornua
d. Tanduk
rudimenter
3.
Serviks
4.
Ovarium
5.
Intra ligamenter
6.
Abdoment
(Winkjosastro,
2005 - Helen Varney, 2007)
2.2.4 Patologi
1.
Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi. Pada
implantasi kolumner ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang,
dan dengan mudah terjadi resorbsi total.
2.
Abortus ke dalam lumen tuba. Perdarahan yang terjadi
karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villi corialis pada dinding tuba
di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut
bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis.
3.
Ruptur dinding tuba. Penyebab ruptur yaitu penembusan
villi coriolis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritonium.
(Hanifa Winkjosastro, 2005)
2.2.5
Gejala Klinik
Kehamilan
Ektopik yang Tidak Ruptur
|
Kehamilan Ektopik yang Ruptur
|
1. Gejala
awal kehamilan (bercak-bercak atau perdarahan yang tidak teratur, perdarahan
pervaginam, amenorea, mual,
pembengkakan payudara, vagina dan serviks menjadi kebiruan, perlunakan
serviks, uterus sedikit membesar, peningkatan frekuensi berkemih)
2. Nyeri
abdomen dan panggul
|
1.
Pucat
2.
Kolaps dan kesadaran menurun/ lemah
3.
Denyut nasi cepat dan lemah
(110x/menit atau lebih)
4.
Hipotensi
5.
Syok Hipovolemia
6.
Nyeri akut pada abdomen dan
panggul
7.
Distensi abdomen
8.
Nyeri tekan yang memantuk
9.
Nyeri goyang portio
10. Perut
kembung (adanya cairan bebas intra abdomen)
11. Ruptur
tuba
|
(
Winkjosastro, 2005 - Saifuddin, 2008 - Helen
Varney, 2007 - Pamilih, 2006
)
2.2.6 Diagnosis
Penegakan
diagnosis pada kehamilan ektopik belum terganggu sangat sukar, maka memerlukan
alat bantu diagnostik yaitu :
1.
Ultrasonografi (apabila ditemukan
kantong gestasi diluar uterus yang didalamnya tampak denyut jantung janin)
2.
Laparoskopi (hanya digunakan sebagai
alat bantu diagnosti terakhir untuk kehamilan ektopik apabila hasil penilaian
prosedur diagnostik yang lain meragukan)
3.
Kuldoskopi (cara pemeriksaan untuk
mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah atau cairan lain).
Sedangkan
penegakan diagnosis kehamilan ektopik terganggu dilakukan melalui :
1.
Anamnesis
Bisa
ditemukan haid terlambat, nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, perdarahan
pervaginam setelah nyeri perut bagian bawah.
2.
Pemeriksaan umum
Penderita
tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahn dalam rongga perut tanda-tanda syok
dapat ditemukan.
3.
Pemeriksaan ginekologi
Tanda-tanda
kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks mungkin bisa nyeri. Bila
uetrus dapat teraba maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba
tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
4.
Pemeriksaan laboratorium
Pengukuran
hemaglobin, hematokrit, dan hitung lekosit serta kadar gonadotropin kronik dan
progesteron serum.
5.
Dilatasi dan kerokan
Pada
umumnya dilatasi dan kerokan untuk menunjang diagnosis kehamilan ektopik tidak
dianjurkan.
6.
Kuldosentesis
Adalah
suatu cara pemeriksaan untuk apakah dalam cavum douglas ada darah atau cairan
lain. Cara ini untuk mengidentifikasi hemoperitoneum.
7.
Ultrasonografi
Ultrasonografi
berguna dalam diagnostik kehamilan ektopik. Diagnostik pasti ialah apabila
ditemukan kantunng gestasi di luar uterus yang di dalanya tampak denyut janin.
8.
Laparoskopi
Pemeriksaan
bagian perut dengan bantuan LAPA-ROSCOPE (alat untuk memeriksa rongga perut).
Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk
kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain
meragukan.
9.
β-hCG serum kuantitatif plus sonografi
bila
kehamilan didiagnosis seorang wanita dengan hemodinamika stabil yang dicurigai
mengalami kehamilan ektopik, penatalaksanaan berikutnya didasarkan pada nilai
β-hCG serum serial dan sonografi.
10. Kuretase
Diferensiasi
antara abortus imminens atau incomplet dangan kehamilan tuba pada banyak kasus
dapat dilakukan dengan kuretase rawat jalan.
11. Laparatomi
Tindakan
lebih disukai jika wanita tersebut secara hemodinamik tidak stabil, atau kalau
tidak mungkin dilakukan laparaskopi.
(Wiknjosastro,
2005 – Cunningham, 2006)
2.2.7 Penanganan
1.
Upaya stabilisasi dengan merestorasi cairan tubuh
dengan larutan kristaloid NS atau RL (500ml dalam 15 menit pertama) atau 2 L
dalam 2 jam pertama.
2.
Kemoterapi. Kriteria khusus diobati dengan cara ini
kehamilan di pars ampullaris tuba belum pecah, diameter kantung gestasi ≤ 4 cm,
perdarahan dalam rongga perut ≤ 100ml, tanda vital baik dan stabil. Obat yang
digunakan metotrexate 1mg/kg IV dan sitrovorum vactor 0,1mg/kg IM
berselang-seling setiap hari selama 8 hari.
3.
Kuretase.
4.
Laparatomi. Memperhatikan berbagai hal diantaranya
kondisi penderita, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi
kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvik, kemampuan teknik bedah micro
dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat.
5.
Salpingektomia. Pada kondisi yang buruk seperti syok.
(Wiknjosastro,
2005 - Saifuddin,
2008)
2.2.8 Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu
cenderung turun dengan diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Tetapi,
bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. (Wiknjosastro, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Admin.Awal Proses Kehamilan.2008.
Biohealth.Syarat-syarat Terjadinya Kehamilan.
Cunningham,
F.Gary.Obstretri Williams.Edisi 21.(2006).Jakarta.EGC.Halaman
983-1007.
Ndona,
Marten.Askep Kehamilan Ektopik Terganggu.2009.
Pamilih.Buku saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan
Persalinan.(2006).Jakarta.EGC.Halaman 96-8.
Saifuddin,
Abdul Bari.Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.(2008).Jakarta.Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Halaman 152-56.
Sardjito.Syarat Terjadinya Kehamilan.2009.
Varney,
Hellen.Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Edisi
4.(2007).Jakarta.EGC.Halaman 606-7.
Winkjosastro,
Hanifa.Ilmu Bedah Kebidanan.(2005).Jakarta.Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Halaman 199-214.
Winkjosastro,
Hanifa.Ilmu Kebidanan.(2005).Jakarta.Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Halaman 323-37.
Winkjosastro,
Hanifa.Ilmu Kandungan.(2005).Jakarta.Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.Halaman 250-60.
Yasir,
Muhammad.Angka Kematian Ibu, Bayi, Balita
Indonesia 2011.2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar