Laman

Sabtu, 02 Juni 2012

Anemia Dalam kehamilan


ANEMIA DALAM KEHAMILAN

A.      Definisi
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah. Definisi anemia yang diterima secara umum adalah kadar Hb kurang dari 12,0 gram per 100 mililiter (12 gram/desiliter) untuk wanita tidak hamil dan kurang dari 10,0 gram per 100 mililiter (10 gram/desiliter) untuk wanita hamil. (Varney, 2007)
Anemia adalah defisiensi pada kuantitas dan kualitas sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pembawa-oksigen darah. (Walsh, 2007)
B.       Etiologi
Menurut Mochtar (1998), disebutkan bahwa penyebab terjadinya anemia adalah :
1.         Kurang Gizi (Mal Nutrisi)
Disebabkan karena kurang nutrisi kemungkinan menderita anemia.
2.         Kurang Zat Besi dalam diet
Diet berpantang telur, daging, hati atau ikan dapat membuka kemungkinan menderita anemia karena diet.
3.         Mal Absorbsi
Penderita gangguan penyerapan zat besi dalam usus dapat menderita anemia. Bisa terjadi karena gangguan pencernaan atau dikonsumsinya substansi penghambat seperti kopi, teh atau serat makanan tertentu tanpa asupan zat besi yang cukup.
4.         Kehilangan banyak darah
Semakin sering seorang anemia mengalami kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak kehilangan zat besi dan akan menjadi anemia. Jika cadangan zat besi minimal, maka setiap kehamian akan menguras persediaan zat besi tubuh dan akan menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya.


5.         Penyakit-Penyakit Kronis
Penyakit-penyakit kronis seperti : TBC Paru, Cacing usus, dan Malaria dapat menyebabkan anemia.

C.      Patofisiologi
Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding plasma 30,00%, sel darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan sel darah merah atau anemia.
Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia cardiac output untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik, kedua perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi pengenceran darah yang tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang dapat menyebabkan anemia. Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu (Setiawan Y, 2006).

D.      Tanda dan Gejala
1.      Peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi oksigen lebih banyak ke jaringan.
2.         Peningkatan kecepatan pernafasan karena tubuh berusaha menyediakan lebih banyak oksigen pada darah
3.         Pusing akibat kurangnya darah ke otak
4.         Rasa cepat lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ termasuk otot - otot jantung dan rangka.
5.         Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi
6.         Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan saraf pusat (Wasnidar, 2007).

E.       Klasifikasi
Pembagian anemia berdasarkan pemeriksaan hemoglobin menurut Manuaba (2007), adalah :
1.         Tidak anemia            : Hb 11,00 gr%
2.         Anemia ringan          : Hb 9,00-10,00 gr%
3.         Anemia sedang         : Hb 7,00-8,00 gr%
4.         Anemia berat            : Hb < 7,00 gr%
Menurut Setiawan Y (2006), anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi :
1.         Anemia Zat Besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering ialah anemia akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi.
2.         Anemia Megaloblastik/ Anemia pernisiosa
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folat.
3.         Anemia Hipoplastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.
4.         Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria.

F.       Komplikasi
Bahaya anemia pada kehamilan menurut Manuaba 2007 dapat digolongkan menjadi :
1.         Pengaruh anemia terhadap kehamilan
a.    Bahaya selama kehamilan
·      Dapat terjadi abortus
·      Persalinan prematur
·      Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim.
·      Mudah terjadi infeksi
·      Ancaman dekompensasi kordis (Hb<6gr%)
·      Mola hidatidosa
·      Hiperemesis gravidarum
·      Perdarahan antepartum
·      Ketuban pecah dini (KPD)
b.    Bahaya saat persalinan
·      Gangguan his-kekuatan mengejan
·      Kala pertama dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar.
·      Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan
·      Kala tiga dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post partum akibat atonia uteri.
·      Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.
c.    Pada masa nifas
·      Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post partum.
·      Memudahkan infeksi puerpurium.
·      Pengeluaran ASI berkurang.
·      Dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan.
·      Anemia kala nifas
·      Mudah terjadi infeksi mammae.

2.         Bahaya terhadap janin
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai nutrisi dari ibunya, dengan adanya anemia kemampuan metabolisme tubuh akan berkurang sehingga pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan terganggu. Akibat anemia pada janin antara lain adalah:
a.    Abortus
b.    Kematian intrauteri
c.    Persalinan prematuritas tinggi
d.   Berat badan lahir rendah
e.    Kelahiran dengan anemia
f.     Dapat terjadi cacat bawaan
G.      Penanganan
Menurut Setiawan Y (2006), dijelaskan bahwa pencegahan dan terapi anemia pada kehamilan berdasarkan klasifikasi anemia adalah sebagai berikut:
1.         Anemia Zat Besi Bagi Wanita Hamil
Saat hamil zat besi dibutuhkan lebih banyak daripada saat tidak hamil. Pada kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta, kebutuhan zat besi pada setiap trimester berbeda. Terutama pada trimester kedua dan ketiga wanita hamil memerlukan zat besi dalam jumlah banyak, oleh karena itu pada trimester kedua dan ketiga harus mendapatkan tambahan zat besi. Oleh karena itu pencegahan anemia terutama di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya wanita hamil diberi sulfas ferrossus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari, selain itu wanita dinasihatkan pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang banyak mengandung mineral serta vitamin. Terapinya adalah oral (pemberian ferro sulfat 60 mg / hari menaikkan kadar Hb 1,00 gr% dan kombinasi 60 mg besi + 500 mcg asam folat) dan parenteral (pemberian ferrum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2 x 50 ml gr diberikan secara intramuskular pada gluteus maksimus dapat meningkatkan Hb relatif lebih cepat yaitu 2,00 gr% (dalam waktu 24 jam). Pemberian parentral zat besi mempunyai indikasi kepada ibu hamil yang terkena anemia berat). Sebelum pemberian rencana parenteral harus dilakukan test alergi sebanyak 0,50 cc / IC.
2.         Anemia Megaloblastik
Pencegahannya adalah apabila pemberian zat besi tidak berhasil maka ditambah dengan asam folat, adapun terapinya adalah asam folat 15-30 mg/hari, vitamin B12 1,25 mg/hari, sulfas ferrosus 500 mg/hari, pada kasus berat dan pengobatan per oral lambat sehingga dapat diberikan transfusi darah.
3.         Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik ini dianggap komplikasi kehamilan dimana pengobatan adalah tranfusi darah.
4.         Anemia Hemolitik
Pengobatan adalah tranfusi darah.
5.         Anemia Lain
Dengan pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian tablet besi sebanyak 90 tablet pada ibu hamil di Puskesmas, artinya ibu hamil setiap hari mengkonsumsi 1 tablet besi.












DAFTAR PUSTAKA
Hapsari. (2010). Anemia Dalam kehamilan. http://superbidanhapsari. wordpress.com/2010/10/12/anemia-dalam-kehamilan/. [diakses tanggal 19 April 2012].

Mansjoer A, dkk. (2008). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Acsulapius
Manuaba, IBG. (2007). Pengantar kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Varney, Helen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Walsh, Linda. (2007). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar