Laman

Selasa, 19 Juni 2012

Ketuban pecah Dini/Premature Rupture membran


 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
            Ketuban Pecah Dini (KPD) yang terjadi pada kehamilan kurang bulan merupakan masalah yang besar dibidang obstetrik, karena dapat menimbulkan kontribusi yang besar terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal dan maternal (Puspasca.2004)
Insidensi ketuban pecah dini lebih kurang 10% dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%. Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah.2 Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas. Ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%. Neonatologis dan ahli obstetri harus bekerja sebagai tim untuk memastikan perawatan yang optimal untuk ibu dan janin.(Kamisah.2009)
—-       Pada sebagian besar kasus, penyebab KPD belum ditemukan. Faktor yang disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu riwayat kelahiran prematur, merokok, dan perdarahan selama kehamilan.( Rahma . 2010)
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan atau harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan sehingga masa tunggu akan memanjang, yang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup. (Kamisah. 2009).

BAB 2
ANATOMI FISIOLOGI

2.1     Anatomi Air Ketuban 

Normalnya volume cairan ketuban pada usia kehamilan usia  10 – 20 minggu, sekitar  50 – 250 ml. Ketika memasuki minggu 30 – 40, jumlahnya mencapai 500 – 1500ml.(Artikel Ayah Bunda.2010)
 Menurut Winkjosastro, 2005 ciri-ciri kimiawi dari air ketuban adalah :
Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis, reaksinya agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98 % air. Sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6 gr % per liter terutama sebagai albumin.
Terdapat lesitin dan sfingomielin amat penting untuk mengetahui apakah janin mempunyai paru-paru yang sudah siap untuk berrfungsi. Dengan peningkatan kadar lesitin permukaan alveolus paru-paru diliputi oleh zat yang dinamakan surfaktan dan merupakan syarat untuk berkembangnya paru-paru dan untuk bernapas. Menilai hal ini dipakai perbandingan antara lesitin dan sfingomielin.
Kadang-kadang, pada partus warrna air ketuban ini menjadi kehijau-hijauan karena tercampur mekonium (kotoran pertama yang dikeluarkan bayi dan yang mengandung empedu). Berat jenis likuor menurun dengan tuanya kehamilan (1,025-1,010).
Dari mana air ketuban berasal masih belum diketahui dengan pasti, masih dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Telah banyak teori  dikemukakan mengenai hal ini, antara lain bahwa air ketuban berasal dari lapisan amnion, terutama dari bagian plasenta. Teori lain mengemukakan kemungkinan berasalnya dari plasenta.
Peredaran air ketuban cukup baik. Dalam 1 jam didapatkan perputaran lebih kurang 500 ml. Cara perputaran ini terdapat banyak teori, antara lain bayi menelan air ketuban yang kemudian dikeluarkan melalui air kencing. Apabila janin tidak menelan air ketuban ini janin dengan stenosis akan didapat keadaan hidramnion.
Fungsi Air Ketuban
1.         Melindungi janin terhadap trauma dari luar
2.         Memungkinkan janin bergerak dengan bebas
3.         Melindungi suhu tubuh janin
4.         Meratakan tekanan di dalam uterus pada partus, sehingga serviks membuka
5.         Membersihkan jalan lahir
2.2     Ketuban Pecah Dini
2.2.1 Pengertian
          Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah 1 jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya. ( Manuaba, 2007).
2.2.2   Etiologi
Penyebab pasti dari KPD ini belum jelas, namun menurut Saifudin (2007) ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intrauterine. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Akan tetapi ada beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya KPD ini, diantaranya adalah :
1.        Trauma : Amniosintesis, pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual.
2.        Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang tidak sanggup terus menutup, melainkan perlahan-lahan membuka
3.        Peningkatan tekanan intrauterus pada kehamilan kembar, atau polihidramnion.
4.        Infeksi vagina, serviks atau korioamnionitis serta bakteri vagina.
5.        Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi. ( Varney, 2004 )
2.2.3 Gejala Klinik
1.      Ketuban pecah tiba – tiba
2.      Cairan tampak di introitus
3.      Tidak ada his dalam 1 jam                                                     
  (Saifudin. 2007)
2.2.4   Penilaian Klinis
1.      Tentukan pecahnya selaput ketuban. Di tentukan dengan adanya cairan ketuban dari  vagina, jika tidak ada dapat dicoba dengan gerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan test lakmus (mitrazin test) merah menjadi biru, membantu dalam menentukan jumlah cairan ketuban dan usia kehamilan, kelainan janin.
2.      Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan USG
3.      Tentukan ada tidaknya infeksi :suhu ibu lebih besar atau sama dengan 38oC, air ketuban yang keluar dan berbau, janin mengalami takhikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterine
4.      Tentukan tanda-tanda inpartu: kontraksi teratur, periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik. (Saifudin. 2007).
2.2.5   Komplikasi
1.        Ibu
a.    Infeksi
Infeksi bakteri di dalam uterus terjadi antara jaringan ibu dan membran janin (yaitu di dalam rongga  koriodesidua), di dalam membran bayi (amnion dan korion), di dalam plasenta, di dalam cairan amnion, atau di dalam  tali pusat atau  janin (gambar 1).
1)   Infeksi membran fetus seperti dicatat oleh temuan histologis atau kultur, disebut korioamnionitis.
2)   infeksi tali pusat disebut funisitis
3)   infeksi cairan amnion disebut amnionitis.
Walaupu vili plasenta mungkin terlibat dalam infeksi intrauterin yang berasal dari darah seperti malaria, infeksi bakteri di dalam plasenta (vilitis) jarang terjadi.(Razimaulana.2008)



2.        Janin
a.    Prolaps tali pusat :tali pusat  yang teraba keluar atau berada di samping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan di luar vagina setelah ketuban pecah.( Referat Obstetry dan Ginecology.2009)
   
b.    Trauma pada waktu lahir
c.    Premature :  Setelah ketuban pecah biasannya segera disusul oleh persalinan, periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90 % terjadi dalam 24 jam setela ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.( Wordpress. 2009)
d.   Oligohidramnion : Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. ( Wordpress.2009)
2.2.6 Penanganan
1.        Penanganan Konservatif
a.    Rawat di Rumah Sakit
b.    Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tak tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
c.    Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d.   Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatife beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
e.    Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik ( salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
f.     Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi.
g.    Nilai tanda-tanda infeksi ( suhu, leukosit, dan tanda-tanda infeksi intrauterine).
h.    Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kader lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2.        Penanganan Aktif
a.    Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 ug intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b.    Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tnggi. Dan persalinan diakhiri :
1)   Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
2)   Bila skor pelvic  > 5,  inguksi persalinan, partus pervaginam.          (Saifudin. 2007)

 
DAFTAR PUSTAKA
Jauhari, R. (2011).  Asuhan Keperawatan Klien Dengan KPD. Sumber Internet :

Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, S.(2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.

Puspasca. (2004). Ketuban Pecah Dini. Sumber Internet : (http://puspasca.ugm.ac.id/2004). Diakses Tanggal (25 November 2011)

Rahma. (2010). Ketuban Pecah Dini. Sumber Internet : (www.klikdokter.com/rahma/2010). Diakses Tanggal (30 Desember 2011)

Razimaulana. (2008). Infeksi Intrauterine dan Persalinan Prematur. Sumber Internet : (http://razimaulana.wordpress.com/2008/12/26/infeksi-intrauterine-dan-persalinan-prematur). Diakses Tanggal (25 November 2011)

Referat Obstetry dan Gynecology. (2009). Prolaps Tali Pusat (Occult Prolase). Sumber Internet : (http:// referat-obstetry-dan-ginecology-prolaps-tali-pusat-occult-prolapse.html/2009. Diakses tanggal (27 November 2011)

Saifudin .(2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Sualman, K. (2009). Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Preterm.SumberInternet:(http://authorKamisahSualman.blogspot.com/2009/pentalaksanaan ketuban pecah dini.html). Diakses tanggal (25 November 2011)

Varney, H. (2003). Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta : EGC.

Wikipedia. (2011). Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini .Sumber Internet: (www.wikipedia.com). Diakses tanggal ( 25 November 2011 )

Worpress. (2009). Oligohidramnion. Sumber Internet (http:// tutorialkuliah. wordpress.com/2009/01/14/oligohidramnion/). Diakses Tanggal (27 November 2011)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar