Laman

Minggu, 26 Agustus 2012

Makalah Polihidramnion


POLIHIRAMNION

1.1         Pengertian
       Suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya lebih dari 2 liter (Amriewibowo, 2010).
Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang berlebihan (lebih dari 2000 ml). Normal volume cairan amnion meningkat secara bertahap selama kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36 minggu (Admin,  2011).
1.2         Klasifikasi
1.    Hidramnion kronis
Pertambahan air ketuban terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa minggu atau bulan, dan  biasanya terjadi pada kehamilan lanjut
2.    Hidramnion Akut
Terjadi pertambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu beberapa hari saja. Biasanya terjadi pada kehamilan muda pada bulan ke-4 atau ke-5 (Amriewibowo, 2010).
1.3         Faktor predisposisi
Hidramnion banyak ditemukan pada kasus-kasus:
1.        Anamali kongenital (pada anak); seperti anencepali, spina difida atresia atau striktur esofagus, hydrocephalus dan struma blockling oesophagus
2.        Gemelli uniovulair(Amriewibowo, 2010)
1.4         Diagnosis
1.    Anamnesis
a.       Ibu merasa perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
b.      Ibu merasa nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah
c.       Ibu merasa oedema pada tungkai, vulva dan dinding perut
d.      Pada proses akut Ibu merasa, sesak (Amriewibowo, 2010).
2.    Inspeksi
a.       Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilicus mendatar
b.      Jika akut, ibu akan terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah membawa kandungannya  (Amriewibowo, 2010).

3.    Palpasi
a.         Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi oedema pada dinding perut, vulva dan tungkai
b.        Fundus uteri lebih tinggi dari umur sesungguhnya
c.         Bagian janin sukar dikenali
d.        Kalau pada letak kepala, kepala janin dapat diraba maka  balotement jelas sekali
e.         Karena bebasnya janin bergerak dan tidak terfiksir maka dapat terjadi kesalahan-kesalahan letak janin (Manuaba, 2007; Amriewibowo, 2010).
4.    Auskultasi
DJJ sukar didengar dan jika terdengar hanya sekali
5.    Rontgen foto abdomen
a.    Nampak bayangan terselubung kabut, karena banyaknya cairan kadang bayangan        janin tidak jelas
b.    Foto rongtgen pada hidramnion berguna untuk disgnostik dan untuk menentukan etiologi (Amriewibowo, 2010).
6.    Pemeriksaan dalam
Selaput ketuban teraba tegang dan menonjol walaupun diluar his (Amriewibowo, 2010).
1.5         Diagnosa banding
1.    Hidramnion
2.    Gemeli
3.    Asites
4.    Kista avanii
5.    Kehamilan beserta tumor (Amriewibowo, 2010).
1.6         Terapi
Terapi hidramnion dibagi menjadi 3 fase:
1.    Waktu hamil
a.       Hidramnion ringan, jarang diberi terapi klinis cukup diobservasi dan berikan terapi simpotomatis
b.      Pada hidramnion yang berat dengan keluhan-keluhan harus dirawat di rumah sakit dan bedrest.

2.    Waktupartus
a.       Bila tidak ada hal-hal yang mendesak maka sikap kita menunggu
b.      Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis makalakukan transvaginal melalui servik bila sudah ada pembukaan
c.       Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, masukan jari tangan ke dalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan
3.    Post partum
a.       Periksa Hb
b.      Pasang infus
c.       Pemberian antibiotic (Amriewibowo, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2011. Hidramnion. Bersumber dari internet:  <http://defkanurse.wordpress.com/2010/08/07/hidramnion/>. (Diakses tanggal 27 April 2012).

Amriewibowo. 2010. Kelainan Air Ketuban Polihidramnion Komplikasi Dan Penyulit Dalam Kehamilan. Bersumber dari internet: <http://rizkykomputer.wordpress.com/2010/06/01/kelainan-air-ketuban-polihidramnion-komplikasi-dan-penyulit-dalam-kehamilan/>. (Diakses tanggal 27 April 2012).

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, S.2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP.

Saifudin.2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP.

Varney, H. 2003. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Jakarta : EGC

Worpress. 2009. Oligohidramnion. Sumber Internet (http:// tutorialkuliah. wordpress.com/2009/01/14/oligohidramnion/). (Diakses Tanggal 27 November 2011).















Selasa, 07 Agustus 2012

Siklus Hormonal


SIKLUS HORMONAL

A.      Menstuasi
1.    Definisi
Menstruasi adalah suatu kejadian pelepasan dinding endometrium secara periodik dan dengan jumlah yang berbeda-beda pada setiap wanita. Jumlah darah yang biasanya dikeluarkan dalam siklus menstruasi adalah 10-80 ml, dengan rata-rata 50 ml dalam rentang waktu 3-14 hari atau kurang dari 14 hari.
2.    Macam-macam siklus menstruasi
Siklus menstruasi berdasarkan rentang waktunya dibagi menjadi 3, antara lain:
a.    Siklus pendek
Jika siklus menstruasi berlangsung setiap 18-23 hari dihitung dari hari pertama menstruasi sampai hari pertama menstruasi berikutnya.
b.    Siklus normal/ teratur
Jika siklus menstruasi berlangsung setiap 28 hari dihitung dari hari pertama menstruasi sampai hari pertama menstruasi berikutnya.
c.    Siklus panjang
Jika siklus menstruasi berlangsung setiap 33-35 hari dihitung dari hari pertama menstruasi sampai hari pertama menstruasi berikutnya.
3.    Tahap-tahap menstruasi
a.    Fase proliferasi
Merupakan fase pemulihan dan regenerasi sel-sel epitel kelenjar dan stroma endometrium ke arah luar. Pembentukan kembali permukaan endometrium dimulai sejak menstruasi berhenti sampai 3 hari sesudahnya. Endometrium pada fase proliferatif dini tipis kelenjarnya sedikit, sempit, lurus, dan dilapisi sel kuboid dan stromanya padat. Fase proliferatif dini berlangsung dari hari ke 3 sampai hari ke 7 siklus menstruasi.
Kelenjar-kelenjar epitel semkin cepat dan tumbuh ke bawah/ keluar tegak lurus dengan permukaan. Sel-selnya menjadi kolumnar dengan nuklei di basal. Sel-sel stroma berproliferasi, tetap padat dan berbentuk kumparan. Pembelahan sel tejadi secara mitosis. Endometrium disuplai oleh arteri-arteri basal di endometrium yang memberikan percabangan pada sudut yang tepat untuk mendarahi endometrium. Pada awalnya, ketika menembus endometium basal arteri berjalan lurus, tetapi pada lapisan medial dan superfisial arteri berubah menjadi spiral. Bergelungnya arteri ini, memugkinkannya memberikan suplai darah pada endometrium yang terus tumbuh hingga menjadi tidak berkelok lagi. Setiap arteri spiral mensuplai suatu daerah endometrium tertentu.
b.    Fase luteal/ fase sekresi
Adalah masa dimana endometrium berada dalam tahap sekresi dan siap menerima hasil konsepsi bila terjadi pembuahan. Jika terjadi ovulasi, endometrium mengalami perubahan-perubahan yang nyata, kecuali pada awal dan akhir masa reproduksi. Perubahan ini terjadi pada 2 hari terakhir fase proliferatif, tetapi meningkat setelah menstruasi. Vakuol-vakuol sekretorik, yang kaya akan glikogen, tampak di dalam sel-sel yang melapisi kelenjar endometrium.
Pada mulanya vakuol-vakuol tersebut terdapat di bagian basal dan menggeser inti sel ke arah superfisial. Jumlahnya cepat meningkat dan kelenjar berkelok-kelok.pada hari ke 6 setelah ovulasi, fase sekresi mencapai puncak. Vakuol-vakuol telah melewati nukleu. Beberapa diantaranya sudah mengeluarkan mukus kedalam rongga kelenjar, yang lain penuh dengan mukus, sehingga tampak seperti gigi gergaji. Arteri spiral bertambah panjang dengan meluruskan gelungan. Apabila tidak ada kehamilan, kadar estrogen dan progesteron akan menurun karena korpus luteum menjadi tua.
c.    Fase iskemia
Adalah masa berkurangnya jumlah darah yang mengaliri dan menghidupi endometrium dalam arteri spiral, sehingga menyebabkan berhentinya pertumbuhan dan terjadinya penyusutan pada endometrium. Hal ini karena kadar estrogen dan progesteron yang diproduksi menurun. Penurunan ini menyebabkan peningkatan asam arakidonat dan endoperoksidase bebas dalam endometrium.
Enzim-enzim ini menginduksi lisosom sel stroma untuk mensintesis dan mensekresi prostaglandin (PGF2α dan PGE2) dan prostasiklin. PGF2α merupakan suatu vasokonstriktor kuat dan menyebabkan kontraksi uterus, sedangkan PGE2 menyebabkan kontraksi dan vasodilatasi, prostasiklin merupakan vasodilatator yang menyebabkan relaksasi otot dan menghambat agresi trombosit. Perbandingan PGF2α dengan kedua prostaglandin meningkat selama menstruasi. Perubahan ini mengurangi aliran darah melalui kapiler endometrium dan menyebabkan pergeseran cairan dari jaringan endometrtium ke dalam kapiler, sehingga mengurangi ketebalan endometrium. Ini menyebabkan bertambahnya kelokan arteri spiral bersamaan dengan terus berkurangnya aliran darah. Daerah endometrium yang yang disuplai arteri spiralmenjadi hipoksik, sehingga terjadi nekrosis iskemia.
d.   Fase menstruasi
Adalah fase pelepasan atau peluruhan endometrium ke arah luar. Daerah endometrium mengelupas kedalam rongga uterus disertai dengan darah dan cairan jaringan.

B.       Sistem hormonal menstruasi
1.    GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)
Adalah hormon yang disekresi oleh hipotalamus pada masa pertumbuhan dan reproduktif untuk merangsang hipofise untuk menginduksi pelepasan FSH dan LH.
2.    FSH
Adalah hormone yang dihasilkan oleh hipofise untuk pertumbuhan folicle dalam ovarium dan merangsang ovarium untuk mengeluarkan estrogen pada masa proliferasi di endometrium.


3.    LH
Adalah hormone yang dikeluarkan oleh hipofise untuk menginduksi progesterone. Peningkatan hormon ini menyebabkan terjadinya pelepasan sel ovum pada masa menstruasi.
4.    Estrogen
Adalah hormon yang dikeluarkan oleh ovarium, berperan dan mendominasi pada fase proliferatif. Hormon ini merangsang pertumbuhan dan regenerasi sel kelenjar epitel dan stroma endometrium.
5.    Progesteron
Adalah hormon yang dikeluarkan oleh ovarium, tepatnya korpus luteum untuk mematangkan sel kelenjar endometrium sehingga berada dalam masa sekretorik. Progesterone ini yang mempertahankan endometium tetap bertahan apabila terjadi pembuahan dan siap menerima hasil konsepsi untuk berimplantasi.
6.    Prostaglandin dan prostasiklin
Adalah hormon yang dihasilkan oleh sel stroma dalam endometrium dan memiliki peran vasokontraktor dan vasodilatator.

C.       Ovulasi
1.    Definisi
Ovulasi adalah suatu kejadian pelepasan sel ovum (folicle yang sudah matang) dari ovarium ke dalam uterus. Dalam 1 siklus mentruasi sekitar 10-20 folikel akan dirangsang untuk tumbuh oleh FSH, tetapi dalam perjalanannya hanya 1 yang dapat bertahan dan matang, melepaskan 1 sel telur yang siap dibuahi, sedangkan lainya akan mengalami degenerasi dan mati. Sel ovum dapat bertahan selama 24 jam mulai dari pelepasan. Ovulasi ini terjadi pada saat terjadinya pelonjakan jumlah LH akibat berkurangnya FSH pada masa sekretorik yaitu pada 14 hari sebelum hari pertama siklus menstruasi berikutnya.
2.    Tanda-tanda ovulasi
a.    Meningkatnya suhu basal sekitar 0,2-0,50C dari hari-hari biasanya, hal ini karena pengaruh hormone LH dan progesterone.
b.    Bertambah kentalnya lendir vagina karena pengaruh progesterone.
c.    Keadaan emosi atau mood yang kurang baik, tetapi ini relatiaf artinya berbeda-beda pada masing-masing wanita.



DAFTAR PUSTAKA


Jones, Derek Llewellyn. 2001. Dasar-Dasar Obstetri Dan Dinekologi Edisi 6. Jakarta : Hipokrates.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Dan Ginekologi Jilid 1. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP

Prolaps Tali Pusat


BAB 1
PENDAHULUAN

       Prolaps tali pusat merupakan salah satu kasus kegawat daruratan obstetri. Prolaps tali pusat terdiri dari tali pusat terkemuka, tali pusat menumbung dan tali pusat tersembunyi. Insiden terjadinya prolaps tali pusat adalah 1:3000 kelahiran, sedangkan tali pusat tersembunyi 50% tidak diketahui. Myles melaporkan hasil penelitiannyadalam kepustakaan dunia bahwa angka kejadian prolaps tali pusat berkisar antara0,3% sampai 0,6% persalinan. Keadaan prolaps tali pusat mungkin terjadi pada mal presentasi atau mal posisi janin, antara lain: presentasi kepala(0,5%), letak sungsang (5%), presentasi kaki (15%), dan letak lintang (20%).prolaps tali pusat juga sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah. Mortalitas tali pusat menumbung  pada janin sekitar11-17% (Yusuf,2010).
       Prolaps tali pusat secara langsung tidak mempengaruhi keadaan ibu, sebaliknya sangat membahayakan janin. Tali pusat menumbung, dimana ketuban sudah pecah dan tali pusat berada di bawah bagian janin, keadaan tersebut membuat tali pusat  dapat terkena antara bagian terendah janin dan dinding panggul yang akhirnya menimbulkan asfiksia pada janin. Bahaya terbesar adalah pada presentasi kepala, karena setiap saat tali pusat dapat menjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir sehingga mengakibatkan gangguan oksigenasi janin. Pada tali pusat terkemuka, sebelum ketuban pecah,ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi setelah ketuban pecah bahaya kematian janin sangat besar (Winkjosastro, 2007)








BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Pengertian
Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketubah pecah (Saifuddin, 2008).
2.2         Pembagian prolaps tali pusat
Prolaps tali pusat dibagi menjadi:
1.    Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli)
 Adalah jika tali pusat teraba keluar atau berada disamping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan diluar vagina setelah ketuban pecah.
2.    Tali pusat terdepan (tali pusat terkemuka)
 Adalah jika tali pusat berada disamping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih rendah dari bagian bawah janin sedangkan ketubah masih intek atau belum pecah.
3.    Occult prolapse adalah keadaan dimana tali pusat terletak di samping kepala atau di dekat pelvis tapi tidak  dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina. (Winkjosastro,2005).
2.3         Etiologi
1.    Etiologi fetal
a.    Sebagian besar dari tali pusat menumbung terjadi pada presentasi:
1)   Letak lintang
2)   Letak sungsang presentasi bokong, terutama bokong kaki.
b.    Prematuritas
Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur, yang salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil.
c.    Gemeli
Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi gangguan adaptasi,frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar.
d.    Polihidramnion
Ketika ketuban pecah, sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali pusat hanyut ke bawah.
2.    Etiologi Maternal
a.    Disproporsi kepala panggul
Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat menumbung.
b.    Bagian terendah yang tinggi
Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi meskipun panggul normal.
3.    Etiologi dari tali pusat dan plasenta
a.    Tali pusat yang panjang
Semakin panjang tali pusat, maka semakin mudah menumbung.
b.    Plasenta letak rendah
Jika plasenta dekat serviks maka akan menghalangi penurunan bagian terendah. Disamping itu insersi tali pusat lebih dekat serviks.
2.4     Diagnosis
 Ibu tidak dapat merasakan adanya prolaps tali pusat pada dirinya. Masalh tampak ketika memonitor denyut jantung bayi yang menunjukkan penurunan denyut jantung (brakikardi), dan penemuan saat melakukan vaginal toucher. Alat bantu yang dapt digunakan antara lain: Doppler, kardiotograf, ultrasonografi. Gawat janin yang tampak dengan alat tersebut menunjukkan deselerasi variabel sebagai konsekuensi dari kompresi tali pusat. Diagnostik tali pusat menumbung lebih mudah ditegakkan ketika terlihat atau terabanya jerat tali pusat di dalam vagina yang terkadang sudah menjulur sampai diluar vulva. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menegakkan diagnosa kemungkinan adanya tali pusat tersembunyi, letak terkemuka atau tali pusat menumbung. Janin yang masih hidup teraba tali pusat berdenyut sebaliknya pada janin yang sudah mati tali pusat tak berdenyut lagi (Winkjosastro, 2007).
2.5     Komplikasi
1.    Pada Ibu
Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban menyebabkan bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua  serta pembuluh korion sehingga terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin. Sedangkan pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi distosia. Infeksi merupakan bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama(Chuningham dkk, 2005).
2.    Pada janin
a.    Gawat janin
Gawat janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup.
Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:
1)   Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau lebih dari 160 x / menit.
2)   Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 x / hari).
3)   Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan(jika bayi lahir dengan letak kepala).
b.    Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan, dan ketrampilan motorik (kemmpuan untuk bergerak dalam cara yang terkoordinasidan terarah)akibat dari rusaknya otak karena trauma lahir atau patologi intrauterin (Chuningham dkk, 2005).
2.6         Penanganan
Upaya –upaya sebelum tindakan pengakhiran kehamilan segera,sebagai berikut:
1.    Memposisikan ibu untuk menungging atau posisi tredelenbrug untuk mengurangi tekanan pada tali pusat.
2.    Mendorong bagian terendah janin kearah kranial untuk mengurangi tekanan pada tali pusat.
3.    Memantau terus denyut jantung dan pulsai tali pusat
4.    Resusitasi intrauterine melalui oksigenasi pada ibu
Penanganan tali pusat menurut lokasi/tingkat pelayanan
1.    Polindes:
a.    Lakukan VT jika ketuban sudah pecah dan bagian terbawah janin  belum turun.
b.    Jika teraba tali pusat, pastikan tali pusat masih berdenyut atau dengan meletakkan tali pusat diantara dua jari.
c.    Lakukan resposisi tali pusat. Jika berhasil usahakan bagian terbawah janin memasuki bagian rongga panggul dengan menekan fundus uteri dan usahakan dengan segera persalinan pervaginam.
d.   Suntikkan terbulatin 0,25 mg subkutan.
e.    Dorong keatas bagian terbawah janin dan segera rujuk ke puskesmas atau langsung ke rumah sakit.
2.    Pukesmas:
a.    Penanganan sama seperti diatas
b.    Jika persalinan pervaginam tidak mungkin dilaksanakan segera rujuk kerumah sakit.
3.    Rumah Sakit:
a.    Lakukan evaluasi/penanganan seperti diatas
b.    Jika persalinan pervaginam tidak mungkin terjadi segera lakukan SC. (Winkjosastro, 2007).


DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary, dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC

    Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBBSP

Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:YBBSP

Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBBSP