Minggu, 08 April 2012
makalah letak sungsang
BAB
1
PENDAHULUAN
Angka
kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal merupakan yang paling
penting untuk menilai keberhasilan program kesehatan ibu dan anak. Kematian perinatal pada letak sunsang dibanding
dengan letak belakang kepala rata-rata
kali lebih banyak (Wiknjosastro, 2000).
Angka kematian bayi pada persalinan letak
sunsang lebih tinggi bila dibandingakan dengan letak kepala. Dirumah sakit
Karjadi Semarang, Rumah sakit umum Dr. Pringadi Medan dan Rumah sakit Hasan
Sadikin Bandung didapatkan angka kematian perinatal masing-masing 38,5%, 29,4%
dan 16,8%. Eastman melaporkan angka-angka kematian perinatal antara 12-14%.
Sebab kematian perinatal yang terpenting ialah premeturitas dan penanganan
persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di
dalam tengkorak. Sedangkan hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat
antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta
akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala
lahir. Selain itu bila janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat
membahayakan, karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya
asfiksi janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering dijumpai
pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempuran, tetapi
jarng dijumpai pada presentasu bokong (Sarwono, 2006).
Bila didapatkan sipidi meskipun ringan
dalam letak sunsang sangta berbahaya. Adanya kesempitan panggul sudah harus di
duga waktu pemeriksaan antenatal khususnya pada primigrafida pada letak
sunsang. Untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lebih teliti, termasuk
pemeriksaan panggul rontgenologyk atau MRI untuk men yingkirkan adanya
kesempitan. Multiparitas dengan riwayat obstetric yang baik, tidak selalu
menjamin persalinan dalam letak sunsang akan berlangsung lancar, janin yang
besar dapat menyebabakna disproporsi meskipun ukuran panggul normal (Sarwono, 2006).
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian
Letak sunsang adalah
letak memanjang dengan bokong janin di bagian bawah uterus dan kepala di fundus
uterus (Mauren Boyle, 2008; Sulaeman Sastrawinata, 1984; Sarwono, 2006).
2.2
Macam
a. Presentasi
bokong murni: bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai
lurus ke atas dan terjadi ketika bokong janin lebih dulu memasuki rongga
panggul.
b. Presentasi
bokong kaki sempurna: presentasi dengan fleksi pada pinggul dan lutut dengan
kaki di samping bokong.
c. Presentasi
bokong kaki tak sempurna: salah satu atau kedua kaki merupakan bagian
presentasi dengan ekstensi pada pinggul
d. Presentasi
kaki: teraba nya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba 1 kaki atau 1 lutut.
(Mauren Boyle, 2008; Sulaeman Sastrawinata, 1984; Sarwono, 2006; Cunningham,
2005)
2.3
Predisposisi
1. Faktor
Ibu: kelainan bentuk rahim, multiparitas, riwayat presentasi sungsang, panggul
sempit, bentuk panggul platiloid/ android.
2. Faktor
Janin: prematuritas, malformasi congenital, polihidramnion, oligohidramnion,
kehamilan multiple hamil kembar, plasenta previa, implantasi di daerah kornu
(cuningham, 2005; Boyle, 2008; Sastrawinata, 1984; sarwono, 2006; Supriyadi,
2005).
2.4
Diagnosa
1. Data
Subjektif
a. Ibu
mengatakan perutnya terasa penuh dibagian atas
b. Ibu
mengatakan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah pusat
c. Ibu
merasa tidak nyaman karena seringnya benda keras (kepala) mendesak tulang iga (Sarwono,
2006, Sastrawinata, 1984; boyle, 2008)
2. Data
Objektif
1) Pemeriksaan
luar
a. Palpasai
Leopold
I : menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang terdapat di fundus,
memastikan letak janin longitudinal. (cunningham, 2005; Sastrawinata, 1984;
sarwono, 2006; boyle, 2008).
Leopold III: teraba bagian lunak dan kurang bundar dan
bokong janin masih bisa digerakkan jika belum melewati PAP (cunningham, 2005;
Sastrawinata, 1984; sarwono, 2006)
a. Auskultasi
DJJ
ditemukan setinggi, di atas dan disamping umbilikus, akan tetapi jika sudah
terjadi enggagement maka DJJ terdengar paling keras di bawah umbilikus (Sarwono, 2006; boyle, 2008; cunningham,
2005)
1) Pemeriksaan
Dalam (Vaginal touche)
Apabila air ketuban
pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong.
Tanda-tandanya, yaitu
adanya kedua tuber ossis iskii, ujung os sakrum, anus. Setelah terjadi
penurunan lebih lanjut, genetalia eksterna dapat dikenali. (sarwono, 2006;
cuningham, 2005; Sastrawinata, 1984).
2) Pemeriksaan
penunjang
Ultrasonografi atau
M.R.I (magnetig resonance imaging) dilakukan bila masih adanya keragu-raguan
(sarwono, 2006, cuningham, 2005).
2.
5 Persalinan
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks
prognosis untuk menilai lebih tepat apakah persalinan sunsang dapat dilahirkan
per vaginam atau per abdominam.
Tabel 2.1 Indeks Prognosis menurut Zatuchni dan
Andros
No
|
Paritas
|
0
|
1
|
2
|
Primi
|
Multi
|
|||
1
2
3
4
5
|
Umur
Kehamilan
Tafsiran
Berat Janin
Pernah Letak
Sungsang(2500
gram)
Pembukaan
Serviks
Station
|
>39 minggu
>3630 gram
Tidak
<2cm
<-3
|
38 minggu
3629-3176 gram
1 kali
3cm
-2
|
<37 minggu
<3176 gram
>2kali
>4 cm
-1 atau lebih rendah
|
Arti
nilai: <3 : Persalinan per
abdominal
4 : Evaluasi kembali, khusunya badan
janin, bila nilai tetap, dapat dilahirkan
dpervaginam
>5 :
Dilahirkan pervaginam
Berdasarkan
tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin sunsang pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Persalinan
spontan (spontaneous breech). Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu
sendiri.
b. Manual aid (partial breech axtraction;
assisted breech delivery). Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan
ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
Beberapa
cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah:
1) Klasik
(deventer)
2) Muller
3) Lovset
4) Bickenbach
Beberapa cara/teknik untuk melahirkan kepala ialah:
1) Mauriceau
2) Najouks
3) Prague
terbalik
4) Cunam
piper
c.
Ekstraksi sungsang (total breech extraction). Janin dilahirkan seluruhnya
dengan memakai tenaga penolong. Jenis ekstraksi total :
1)
Ekstraksi bokong
2)
Ekstraksi kaki (Wiknjosastro,
2000; sulaeman Sastrawinata, 1984; Cunningham, 2005; Saifuddin, 2002; Sarwono,
2006; Mauren Boyle, 2008)
Pegangan
“Femuro Pelvic” Pemutaran
1800 sambil melakukan traksi curam pada dua arah berlawananan
kebawah pada cara lovset
Lengan
kiri menunjuk ( nuchal arm ) Melahirkan
cara muller
Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi Mengait lengan atas
Tubuh diputar searah dengan menunjuknya lengan
(kekanan) menurunkan lengan
Melahirkan
lengan menjungkit Tehnik
Mouriceau Prague terbalik
Tekhnik ekstraksi bokong
Langkah dan
manever untuk mencari dan menurunkan kaki ( Manuver Pinard )
Melahirkan
trochanter depan Melahirkan trochanter
belakang
Cara pegangan
pada pergelangan kaki anak, traksi curam bawah kemudian memegang bokong dan
panggul janin (jangan diatas panggul anak). Jangan lakukan gerakan rotasi
sebelum skapula terlihat (Bambang Widjanarko, 2009).
2.6
Komplikasi
a. Bayi
1.
Gangguan
pernafasan: Sufokasi / aspirasi, Hipoksia, asfiksia, anoksia
2. Fraktur tulang humerus, femur, tulang-tulang kepala, klavikula
3. Dislokasi
panggul, dislokasi bahu, dislokasi leher, dislokasi congenital pinggul,
khususnya dengan bokong memanjang, paralisis brakhialis, cidera muskulus
sternokleidomastoideus kaku leher, pertumbuhan terhambat
4.
Kerusakan neurologis
jangka panjang dan jaringan otak (trauma otak janin), Kerusakan medulla
spinalis atau fraktur spinal, hemoragi intracranial, kerusakan jaringan lunak, cerebral
palsy
5. Prolaps
tali pusat
6. Kerusakan
organ (ginjal, hepar, limpa, kandung kemih rupture bila berdistensi), jejas
faring dalm bentuk rubekan atau pseudodivertikel, cedera testis, hematoma
otot-otot
7. Cold
injury dan hipoglikemi
8. Kasus
adrenal idiopatik
9. Sindom
kematian bayi mendadak (Sudden infant
death syndrome, SIDS). (wiknjosastro, 2000; Boyle,2008; sastrawinata, 1984;
cunningham, 2005; saifudin, 2002; sarwono, 2006)
b. ibu
1.
Trauma jalan lahir
(trauma vagina, rupture perineum, perlukaan serviks), trauma uretra
2.
Distress psikologis
3.
Atonia uteri, perdarahan
post partum endometritis (Mauren Boyle, 2008; sastrawinata, 1984; saifuddin,
2002; Cunningham, 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Chunningham,
F., Gary., Gant, F., Norman., Leveno, J., Kenneth., et all. Obstetri Williams Edisi 21. 2005.
Jakarta: EGC, 560-85.
Saifuddin. Buku Acuhan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2006.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 523-26.
Wiknjosastro. Ilmu
Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1989. Jakarta.
104-07.
Sarwono. Ilmu
Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2005. Jakarta. 104-07, Jakarta. 606-09.
Varney, H.,
Kriebs, M., Jan., Gegor, L., Carolyn. Buku
Ajar Asuhan Kebidanan ed.4. vol 2.
2008. Jakarta: EGC, 814-20.
Mauren Boyle, Micheal, J., Kreo. Kearuratan dalam Persalinan. 2008. Jakarta: EGC, 111-28.
Sulaeman Sastrawinata. Buku
Ajar Obstetri Patologi. 1984. Bandung: Elstar Offset, 169-85.
Bambang Widjanarko.
2009. Available at http://persalinan-sunsang-operatif-pervaginam
wordpress.com/2005/04/28// Accessed on April 2005
Langganan:
Postingan (Atom)